Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, Selasa 11 Juni 2013, menyatakan, seluruh mata uang di kawasan regional ASEAN bergejolak, akibat ketidakpastian ekonomi global. Sementara itu, rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Kami perhatikan beberapa mata uang, termasuk rupiah, ada perkembangan yang lebih intensif," kata Mahendra saat ditemui di Gedung DPR-RI.
Berdasarkan data Reuters, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp9.825. Namun, data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah bertahan di level Rp9.870 per dolar.
Ia menjelaskan, kurs pada pasar forward, yang penyelesaian transaksi akan diselesaikan pada saat kedua pihak menyetujui kontrak untuk membeli dan menjual, cenderung meningkat lebih tajam dibandingkan kurs di pasar spot atau pasar tunai. Kurs di pasar forward merupakan transaksi spekulasi nilai tukar mata uang yang terjadi di Singapura.
Selain itu, dia menjelaskan, melemahnya rupiah masih ada keterkaitan dengan ketidakpastian harga BBM. Untuk itu, ia berharap agar pembahasan APBN-P dapat segera dituntaskan, sehingga tidak ada lagi spekulasi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Chatib Basri, menyatakan pemerintah telah berkoordinasi agar pelemahan rupiah tidak terlalu dalam. Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja, menyatakan pelemahan rupiah terjadi akibat tingginya kebutuhan dolar untuk membayar impor bahan baku untuk ekonomi domestik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar