Makin memanasnya suhu politik jelang pelaksanaan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur yang akan digelar pada 29 Agustus mendatang, memberi keuntungan tersendiri bagi bakal calon, pasangan Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah (BDH-Said) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Sebab, perseteruan antara bakal calon pasangan Khofifah Indar Parawansa -Herman S Sumawiredja (BerKah) dengan Soekarwo - Syaifullah Yusuf (KarSa), mampu menghilangkan simpati masyarakat untuk memilih dua pasangan yang berseteru.
Seperti diketahui, pertarungan politik antara Khofifah dan KarSa ini, dimulai sejak kekalahan Khofifah di Pilgub Jawa Timur tahun 2008 silam. Ketua Umum PP Muslimat NU yang saat itu berpasangan dengan Mudjiono, terpaksa gigit jari karena dikalahkan KarSa di putaran tiga. KarSa membungkam senyum Khofifah yang unggul hingga putaran kedua, saat pemilihan ulang digelar di tiga kabupaten di Pulau Madura, yaitu Sampang, Bangkalan dan Pamekasan.
Atas kekalahan itu, Khofifah menuding KarSa telah melakukan kecurangan suara, bahkan menggugatnya hingga ke Mahkamah Konstitusi (MK). Dan perseteruan itupun terus berlanjut hingga Pilgub Jawa Timur 2013.
Khofifah dan para pendukungnya terus mencurigai KarSa melakukan pencederaan demokrasi di Jawa Timur. KarSa dituding telah menjegal Khofifah, yang diperkirakan kembali menjadi pesaing terberatnya jika kembali maju.
Terbaru, dualisme dukungan yang dilakukan Partai Kedaulatan (PK) dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI), makin membuktikan tuduhan kubu Khofifah terhadap ketakutan KarSa berhadapan dengan BerKah.
KarSa-pun menolak dituduh men'copet' dua partai tersebut yang terlebih dahulu mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur bersama BerKah pada 14 Mei lalu. "Siapa yang menjegal. Tidak ada yang menjegal. KPU punya aturan sendiri untuk meloloskan partai pendukung pasangan calon. Kalau ada dualisme dukungan ya itu, masalah partai bukan dari calon peserta Pilgub," elak Soekarwo kala itu.
Nah, dari perseteruan dua bakal calon ini, peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi menilai, akan memberi efek domino yang menguntungkan dari bakal calon dari pasangan lain, dalam hal ini BDH-Said, yang diusung PDIP, yang masih belum diterpa 'badai' politik jelang Pilgub.
Terlebih lagi, kata Airlangga, kesuksesan PDIP saat mengusung pasangan Jokowi - Ahok di Pilgub DKI Jakarta, kemenangan di Pilgub Jawa Tengah dan Pilkada di tempat lain, tentu memberi semangat bagi PDIP untuk terus mengulang sukses di Jawa Timur.
"Jarak kemenangan PDIP pada Pilkada-Pilkada di luar Jawa Timur, rentang waktunya sangat berdekatan dengan Pilgub Jawa Timur yang akan digelar bulan Agustus nanti. Sehingga ada momentum dan efek domino yang menguntungkan calon kepala daerah dari partai berlambang kepala banteng dengan moncong putih ini," terang Airlangga, Jumat (7/6) malam.
Selain itu, lanjut dia, saat ini semangat kader dan mesin politik PDIP di Jawa Timur sedang dalam kondisi puncak. "Itu sebagai efek domino dari kemenangan PDIP di Jakarta dan Jawa Tengah. Bila momentum ini dijaga oleh partai, sangat mungkin jago PDIP bisa menjungkalkan incumbent di Pilgub Jatim," kata dia yakin.
Menurut kandidat doktor Murdock University, Australia itu, pasangan BDH- Said akan memiliki semangat, terutama dari mesin partai, karena Jawa Timur menjadi penentuan dalam peta politik menuju 2014.
"Kalau PDIP melalui pasangan Bambang-Said mampu memenangkan pertarungan melawan KarSa di Pilgub Jatim, maka tahun 2014, akan menjadi arena bagi kemenangan PDIP di atas Partai Demokrat yang saat ini justru dalam kondisi terpuruk," kata dia kembali menganalisa.
Dia juga memastikan, kalau pada pertarungan Pilgub Jawa Timur kali ini, hanya berlangsung satu putaran, tidak seperti Pilgub 2008 silam. Sebab, jumlah kandidat, diperkirakan hanya dua pasangan, dengan asumsi jika pasangan BerKah tidak lolos karena jumlah suara pendukungnya kurang dari 15 persen suara sah.
Ketidak lolosan pasangan BerKah ini, jika KPU Jawa Timur benar-benar tidak meloloskan dua partai yang memberi dukungan ganda yaitu PK dan PPNUI, karena selain memberi dukungan ganda, kedua partai ini juga bermasalah di internal partai masing-masing. Sehingga, pasangan BerKah hanya memiliki 14,81 persen suara sah, karena dikurangi 0,50 persen suara milik PK dan 0,24 persen suara PPNUI. Artinya, BerKah gagal menjadi peserta Pilgub Jawa Timur 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar