Kementerian Perumahan Rakyat menargetkan 210 ribu pembangunan rumah murah atau rumah tapak sederhana pada tahun ini.
Namun, Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera, Sri Hartoyo, dalam diskusi di Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu 22 Mei 2013, mengatakan, kini baru terserap puluhan ribu pada kuartal pertama 2013.
"Sebenarnya, pencapaian sebanyak 27 ribu unit rumah murah dari target itu sudah bagus. Pencapaian lebih dari sepuluh persen, padahal yang ditargetkan sebesar 10 persen," kata dia.
Berdasarkan data Kemenpera, hingga 20 Mei 2013, kredit rumah melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) terserap untuk 25.857 unit rumah.
Daerah yang paling banyak menyerap kredit tersebut adalah Pulau Jawa, disusul Pulau Sumatera sebanyak 5.023 unit (19 persen), Pulau Sulawesi sebanyak 1.225 unit (lima persen), Pulau Kalimantan 3.362 unit (13 persen), dan pulau lainnya (Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua) sebanyak 194 unit atau satu persen.
Menurut Sri Hartoyo, kementerian tidak terlalu khawatir bila ada penurunan penyerapan kredit rumah bersubsidi untuk masyarakat menengah bawah. Sebab, itu sudah merupakan pola yang wajar.
"Ada siklusnya untuk penyerapan KPR bersubsidi. Pada awal tahun, penyerapannya rendah, tengah tahun agak tinggi, lalu turun lagi," kata dia.
Dia menambahkan, selama satu tahun ada peristiwa-peristiwa yang memengaruhi penyerapan kredit dan pembangunan rumah bersubsidi.
"Awal tahun, mereka mengeluarkan biaya untuk menyekolahkan anak. Sekitar bulan Juli, penyerapan turun lagi, karena harus membayar biaya sekolah," jelas dia.
"Waktu Lebaran, ada tambahan dana untuk membeli rumah. Menjelang Lebaran, pembangunan rumah akan turun, karena para tukang mudik," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar