Rekaman gambar itu masih membekas di benak masyarakat dunia. Seorang ayah, melindungi anaknya di belakang sebuah tong di Palestina. Mereka ditembaki. Bocah itu, Muhammad al-Durrah, mati tertembus peluru di perempatan Netzarim, Jalur Gaza, 30 September 2000.
Rekaman dan gambar diam peristiwa tersebut telah jadi simbol intifada ke-2, perlawanan Palestina terhadap penjajah zionis Israel. Gambar mural Jamal al-Durrah dan anaknya terdapat di banyak tempat. Kematian Muhammad al-Durrah juga diabadikan dalam perangko di Mesir, Tunisia, Irak, Iran dan Maroko.
Kendati rekaman yang ditayangkan stasiun televisi France 2 itu sangat gamblang, namun Israel membantahnya. Pekan ini, pemerintah Israel mengaku membentuk tim penyelidik untuk menyelidiki kasus ini. Mereka berkesimpulan, gambar itu adalah penipuan. Muhammad menurut mereka, masih hidup sampai sekarang.
Penyidik yang dibentuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada tahun 2012 itu mengatakan, gambar berdurasi 55 detik itu sengaja dibuat untuk menanamkan kebencian pada negara Yahudi Israel.
Menurut mereka, yang menembakkan itu bukanlah tentara Israel. "Penting bagi kita untuk fokus pada insiden yang telah merusak nama Israel ini. Ini adalah kebohongan yang dibuat untuk merusak citra Israel," kata Netanyahu, dilansir CNN.
Israel plin-plan. Sebelumnya setelah rekaman itu ditayangkan, tentara Israel mengakui bahwa mereka yang menembak Muhammad. Kali ini Israel menelan ludah yang telah mereka buang, membantah pernyataan sendiri.
Gali Kuburan
Ayah Muhammad, Jamal, mengecam dalih Israel ini. Dia bahkan menawarkan untuk menggali kembali makam anaknya untuk diotopsi. Dia bahkan siap menjalani investigasi dengan alat detektor kebohongan.
"Saya ingin menunjukkan kebenaran pada dunia, dan saya sedang duduk di depan makan anak saya dan siap menerima tim penyelidik independen internasional, termasuk dari negara-negara Arab. Jika Israel setuju, saya siap membuka kembali makamnya," kata Jamal.
Bantahan serupa disampaikan oleh Charles Enderlin dan Talal Abu Rahma, reporter dan juru kamera France 2. Enderlin mengatakan bahwa laporan Israel bohong. Dia merasa tidak pernah dihubungi oleh pemerintah Israel dalam penyelidikan itu.
Talal kepada CNN juga menyampaikan hal yang sama. Tiga belas tahun lalu, kata dia, kameranya membidik peristiwa mengenaskan itu. "Saksi saya adalah kamera. Andai saja kamera itu bisa bicara, tapi kamera ini memang benar merekam peristiwa itu," kata Talal.
Baik Enderlin dan Talal menyatakan siap diinterogasi dan dites menggunakan alat detektor kebohongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar