Kemarin, Selasa (17/6), pemerintah melakukan pertemuan dengan delegasi Papua Nugini untuk membahas peluang kerjasama perdagangan antar dua negara. Pertemuan ini melibatkan pihak Indonesia yakni Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri ESDM Jero Wacik.
Salah satu hal menarik dalam pertemuan ini ialah rencana ekspor listrik Indonesia ke negara tetangga tersebut. Langkah ini menjadi anomali disaat di negara sendiri, listrik belum teraliri ke seluruh negeri.
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari analisis perusahaan pelat merah itu, ada dua daerah yang karena pelbagai faktor menyulitkan perseroan untuk menyalurkan listrik ke rumah-rumah warga. Menurut Direktur Utama PLN Nur Pamudji dua daerah itu adalah Nusa Tenggara Barat dan Papua.
Perseroan mengakui sebagai penyedia layanan listrik, masih ada 24 persen rumah tangga se-Indonesia yang belum menikmati listrik.
"Rasio elektrifikasi 76 persen dari rumah tangga yang sudah menikmati listrik khususnya dari PLN," ujar Nur.
Padahal, dalam rencana ekspor ini, mengharuskan Indonesia membangun pembangkit listrik di daerah Papua. Melalui pembangkit di sana kemudian disalurkan menuju Papua Nugini.
Pertanyaan selanjutnya tentu ialah mengapa pemerintah tidak mengoptimalkan seluruh produksi pembangkit listrik tersebut ke daerah Papua?
Berikut tamoranews mencoba merangkum alasan pemerintah menjual listrik ke Papua Nugini yang dilansir dari merdeka.com.
1. Papua Nugini negara miskin
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan Indonesia ingin mengekspor listrik ke negara tersebut untuk membantu kehidupan di sana. Pasalnya, Papua Nugini termasuk negara miskin.
"Misalnya tetangga di rumah, ada beberapa kemungkinan kita miskin dan punya tetangga kaya. Kita tidak enak minta bantuan. Tapi kalau kita kaya punya tetangga miskin, tidak enak sama dengan tetangga miskin," ujarnya.
2. Solidaritas
Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan rencana menjual listrik ke Papua Nugini hanya bentuk solidaritas. "Tolong menolong karena tetangga yang baik. Kita membantu listrik untuk Papua Nugini 2 MW per hour," jelas Dahlan.
Saat ini PLN sedang mengembangkan pembangkit listrik PLTA Purima 2X10 MW dan PLTU 2X10 MW di perbatasan Papua dan Papua Nugini.
Dahlan mengungkapkan rencana ekspor listrik ini sebetulnya tidak hanya untuk Papua Nugini saja namun juga Malaysia. "Di Sabah kita jual ke Malaysia. Di Papua, kita jual di Papua Nugini," ucap Dahlan.
3. Potensi ekonomi Papua Nugini yang besar
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan Papua Nugini tengah menggenjot pertumbuhan ekonomi yang saat ini mencapai 9 persen. Ekonomi Papua Nugini berhasil mengalahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu Dahlan bakal memboyong 4 perusahaan pelat merah ke Papua Nugini. Menurut Dahlan, langkah yang akan direalisasikan akhir tahun ini adalah bagian dari rencana ekspansi perusahaan BUMN ke luar negeri.
Empat BUMN tersebut adalah PLN, Pertamina, Telkom, Garuda Indonesia.
4. Penduduk lebih besar dari Timor Leste
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan penduduk Papua Nugini lebih besar dari negara yang juga bertetangga dengan Indonesia yakni Timor Leste. Maka dari itu pangsa pasarnya lebih besar.
"Di sana kan penduduknya 7 juta dan ekonominya tumbuh 9 persen," jelasnya.
5. Indonesia kaya akan energi
Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan semangat menceritakan kalau Indonesia sangat berpotensi untuk melakukan ekspor ke negara tetangga, khususnya ekspor di bidang energi.
"Listrik kita akan ekspor listrik di Papua Nugini. Di Sabah kita jual ke Malaysia. Di Papua, kita jual di Papua Nugini," ucap Dahlan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar