Bank Indonesia mencatat jumlah cadangan devisa hingga akhir Mei 2013 mencapai US$105,15 miliar atau setara 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah ini di atas standar kecukupan internasional selama 3 bulan.
Direktur Komunikasi BI Peter Jacobs, Jumat 28 Juni 2013, menjelaskan bahwa bank sentral tidak menetapkan nilai tukar rupiah di level tertentu. "Karena yang paling penting adalah stabilitas nilai tukar, moneter, dan makroekonomi nasional," ujar Jacobs di gedung BI, Jakarta.
Namun demikian, Jacobs melanjutkan, cadangan devisa juga mengalami tekanan dari arus modal yang keluar dalam mencari keuntungan jangka pendek. Dana jangka pendek ini berupa Surat Berharga Negara (SBN).
Untuk itu, BI akan mengantisipasi kebutuhan likuiditas pasar di valas dengan cara intervensi dengan cara membeli SBN dari pasar sekunder.
"BI senantiasa mengantisipasi kebutuhan likuiditas valas di pasar seiring dengan periode akhir bulan atau semester, di mana kebutuhan valas meningkat untuk membayar utang luar negeri dan repatriasi keuntungan korporasi," kata Jacobs.
Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan, untuk menjaga pergerakan rupiah telah melakukan dual intervensi, yaitu memasok dolar AS di pasar valas dan membeli Surat Berharga Negara. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Jumat 21 Juni 2013, mengatakan, upaya itu untuk meredam melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semakin terpuruk.
"Kami beli SBN dari pasar sekunder, karena sebagian menarik dana dari pasar SBN. Kami sudah membeli SBN Rp1,2 triliun, sehingga SBN di pasar sekunder mulai stabil. Outstanding BI saat ini Rp101,3 triliun," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta.
Bank Indonesia pada Kamis 20 Juni 2013 telah membeli SBN Rp1,2 triliun dengan rincian pagi hari Rp400 miliar, dan sore hari Rp800 miliar. Bahkan, BI juga telah bekerja sama dengan pemerintah untuk membeli SBN sebesar Rp500 miliar.
Bank Indonesia akan melakukan pembelian SBN jika ada investor asing yang melakukan penarikan dana guna menjaga stabilitas nilai tukar serta pasar SBN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar