Meski sampai hari ini terus diwarnai riuh rendah aksi partai politik maupun elemen masyarakat yang menentang, pemerintah sebetulnya sangat yakin kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bakal terwujud.
Buktinya, sejak bulan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menyiapkan beberapa strategi untuk mensosialisasikan kebijakan tak populer itu agar lebih diterima masyarakat.
Melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2013 tentang Sosialisasi Kebijakan Penyesuaian Subsidi BBM yang ditandatangani pada 8 Mei lalu, SBY memerintahkan Wakil Presiden Boediono untuk memimpin tim dengan tugas khusus "merayu" masyarakat.
Salah satu poin utama dalam kampanye ini adalah memberi tahu bahwa bagi 15,5 juta warga miskin yang dianggap paling rentan, tersedia bantuan untuk meringankan beban mereka selama 4 bulan selepas kenaikan harga BBM, meliputi uang Rp 150.000 per KK, plus beras miskin dan beasiswa. Disebut Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
"Berikan penjelasan mengenai hal-hal yang dipandang perlu, dalam rangka kelancaran implementasi kebijakan penyesuaian subsidi BBM," bunyi diktum Pertama huruf c Inpres tersebut.
Dalam tim kampanye bentukan kepala negara itu, terdapat pula Menko Perekonomian Hatta Rajasa sebagai wakil ketua kampanye. Menkominfo Tifatul Sembiring ditunjuk sebagai sekretaris, sementara Dirut Pertamina Karen Agustiawan masuk jajaran anggota.
Jauh sebelum DPR menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2013, tim ini telah bergerak cepat.
Terhitung sejak awal Juni, sudah banyak iklan-iklan yang menyerbu bermacam jenis media massa, bahkan ketika belum ada kejelasan pada tanggal berapa harga premium resmi menjadi Rp 6.500 dan solar Rp 5.500 per liter.
Kini, setelah palu pengesahan anggaran diketok, tim sosialisasi semakin giat meyakinkan rakyat bahwa kenaikan harga BBM perlu dan tidak akan merugikan.
Salah satu instansi yang paling getol berkampanye adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kementerian lain bahkan diwajibkan membantu sosialisasi, meski bidangnya tak terkait langsung dengan perekonomian.
Hitung-hitungan kasar, minimal hingga berita ini diturunkan, pemerintah sudah menggelontorkan Rp 25 miliar untuk sosialisasi. Itupun baru anggaran dari Kementerian ESDM. Dana ini akan terus membengkak sampai kenaikan harga resmi diumumkan.
Lantas apa saja persiapan pemerintah dalam meyakinkan masyarakat agar lebih ikhlas menerima kenaikan harga premium dan solar subsidi?
1. Pasang iklan TV
Iklan televisi adalah salah satu cara utama pemerintah buat mensosialisasikan kenaikan harga BBM pada masyarakat. Intensitas tayangnya tinggi, dipasang pada jam utama (prime time) maupun di jam-jam biasa, seperti pagi hari.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui pemasangan iklan di TV merupakan strategi utama supaya masyarakat luas bisa menerima kenaikan BBM. Isinya penjelasan mengapa subsidi harus dialihkan menjadi BLSM, melalui karikatur lucu, iklan layanan biasa, dan masih banyak lagi.
Chatib menyatakan iklan televisi sejak awal bulan ini akan terus menyerbu masyarakat sampai kenaikan harga BBM benar-benar terlaksana.
"Sudah liat di TV kan yang karikatur? nanti ada beberapa program lagi yang akan dilakuin. Itu dicoba prosesnya untuk dilakukan," ungkapnya pekan lalu di Istana Negara.
Pemerintah yakin media televisi sangat efektif mempengaruhi persepsi masyarakat. "Yang paling penting adalah pesannya sampai kepada masyarakat," tegas Chatib.
2. Rajin kirim sms
Kementerian Telekomunikasi dan Informatika dapat tugas mengirim sms broadcast soal kenaikan harga BBM dan pemberian BLSM. Hal ini diklaim efektif karena disebut jumlah gadget di Indonesia yang akan menerima SMS ini lebih banyak dari jumlah penduduk sendiri.
Juru bicara Kemkominfo, Gatot Dewa Broto, menjelaskan bahwa akan ada sekitar 240 juta SMS yang akan dikirimkan ke seluruh pengguna perangkat mobile di seluruh Indonesia. "Tiap nomor hanya akan menerima satu kali SMS," ujar Gatot.
Jika saja satu SMS dihargai tarif standar Rp 150-500 minimal, pemerintah harus menyiapkan dana sebesar Rp 36 miliar untuk mengirim pesan pendek ke seluruh pemilik ponsel di Indonesia.
Melalui sms broadcast itu pula, masyarakat diminta mengadu bila terjadi kelangkaan mendapat BBM atau terlambat menerima formulir Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Laporan masyarakat dapat dikirimkan melalui pesan pendek ke nomor 1708.
3. Bikin buku saku
Tim pimpinan Wakil Presiden Boediono tidak hanya mengandalkan media berbasis teknologi untuk sosialisasi kenaikan harga BBM. Media yang lebih tradisional, yaitu buku cetak, masih dilirik.
Tim sosialisasi kenaikan BBM ini menerbitkan buku sosialisasi BBM, dengan judul "Bersama-sama menyelamatkan uang rakyat".
Dalam buku saku tersebut, pemerintah membeberkan semua alasan kenapa harga BBM dinaikkan dan kompensasi-kompensasi kepada masyarakat miskin akibat adanya kenaikan BBM tersebut.
Buku tersebut terbagi dalam 3 kategori, semua berjudul sama.
Pertama, buku berwarna biru, isinya relatif rumit berisi alokasi anggaran dan lain-lain, karena targetnya diberikan kepada masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi.
Buku kedua, diberikan untuk masyarakat yang memiliki pendidikan menengah, cara penyampaiannya melalui visual atau gambar, sehingga bisa lebih ringan dan dapat diterima banyak pihak.
Buku ketiga, sosialisasi lebih banyak melalui gambar, sehingga buku tersebut lebih besar, berbentuk komik untuk masyarakat berpendidikan rendah.
Belum jelas berapa juta eksemplar buku saku ini akan dicetak selama masa sosialisasi. Sasaran utama buku ini ke lembaga-lembaga, ruang publik, dan organisasi masyarakat.
4. Gandeng kementerian non-ekonomi
Selain Kemenkominfo, banyak kementerian teknis dan non-teknis yang sebetulnya tidak mengurus perekonomian "terseret" untuk mensosialisasikan kenaikan harga BBM. Sebab, hasil rapat tim Boediono semua kementerian diwajibkan mendukung program tersebut.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak rupanya juga diminta melakukan hal yang sama. Kementerian yang dipimpin Linda Gumelar itu diminta menyebar buku saku pemerintah kepada pelbagai organisasi perempuan di Tanah Air.
Linda beralasan, sosialisasi di kalangan ibu-ibu akan efektif. Semua kalangan masyarakat bisa saling menjelaskan mengapa BBM harus naik harga jualnya.
"Harapan kita dengan pemberdayaan perempuan dan laki-laki tidak bekerja sendiri, dari akademisi dan pejabat-pejabat struktural. Ini sangat penting," ungkap Linda.
Kementerian Agama yang dipimpin Suryadharma Ali juga sudah mulai bergerak mengampanyekan perlunya BBM naik. Beberapa iklan televisi dan acara bincang-bincang telah dilakoni pejabat Kemenag sejak kemarin.
5. Bikin spanduk di SPBU
Pertamina sebagai ujung tombak yang mengawal pelaksanaan kenaikan harga di lapangan turut kebagian tugas untuk sosialisasi. Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Karen mengungkapkan, sejumlah langkah sudah persiapan, termasuk pemasangan spanduk di sejumlah titik, terutama SPBU-SPBU. Sebelumnya, Pertamina juga sudah mensosialisasikan agar pengguna kendaraan pribadi beralih membeli Pertamax saja.
"Ya seperti yang sudah, spanduk-spanduk kami pasang, terus nanti ada TVC yang sudah kita muat di beberapa media, booklet seperti itu saja," kata Karen.
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo menyatakan anggaran membikin spanduk tidak akan ditanggung Pertamina sendirian. "Anggarannya kita keroyakan rame-rame, ada biaya tambahan untuk bikin spanduk dan lain-lain," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar