Subsidi energi menjadi jurus suatu negara dalam membantu masyarakatnya menghadapi tekanan biaya hidup sehari-hari. Energi menjadi salah satu aspek vital dalam sendi kehidupan. Maka dari itu perannya dalam tingkat kesejahteraan sangat besar.
Dampak energi pada kehidupan yang sangat penting ini membuat berbagai pemerintahan di negara manapun memberi perhatian lebih di komoditas itu. Tingkat kemiskinan suatu negara juga ditentukan oleh faktor energi ini.
Subsidi pada komoditas Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam hal ini membantu menekan naiknya harga barang dan jasa dari aspek biaya produksi. Oleh karena itu efek dari kenaikan BBM ini akan menimbulkan peningkatan kemiskinan dan pengangguran.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebuah penyedia lapangan kerja akan memangkas ongkos produksinya pada saat terjadi kenaikan harga BBM dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi tetap menjaga kestabilan usaha. Pada saat itulah pengangguran dan kemiskinan bermunculan.
Di Indonesia, subsidi pada sektor energi cukup besar. Pada tahun 2013, subsidi energi ditetapkan sebesar Rp 272,4 triliun. Terdiri dari subsidi BBM sebesar Rp 193,8 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp 78,6 triliun.
Dalam hal besarnya subsidi BBM, Indonesia tidak sendiri. Dari data Earth Policy Institute tercatat ada 7 negara dengan besaran anggaran subsidi BBM di atas Indonesia. Berikut merdeka.com akan mengulasnya.
1. Iran
Earth Policy Institute menempatkan Iran dalam urutan pertama dengan besaran subsidi BBM sebesar USD 80 miliar atau sekitar Rp 777,7 triliun. Tingginya besaran subsidi BBM ini disadari pemerintahan Iran yang selanjutnya memutuskan untuk menghapuskannya secara bertahap.
Pemerintah Iran menyadari bahwa negaranya memiliki cadangan gas yang sangat besar dan inilah yang dioptimalkan. Pemerintah Iran melihat jika rakyat menggunakan bahan bakar gas, Iran akan menghemat sangat banyak uang untuk subsidi dan bahkan menghasilkan banyak keuntungan karena cadangan minyaknya dapat dijual ke negara lain.
Inilah yang secara sistematis dilakukan Iran dan dilakukan secara berkelanjutan meski kepala negaranya telah berganti-ganti.
2. Arab Saudi
Arab Saudi menempati urutan kedua dalam daftar Earth Policy Institute sebagai negara pemberi subsidi BBM terbesar. Arab Saudi tercatat memberi sekitar USD 60 miliar atau Rp 583,3 triliun.
Digambarkan bahwa di Arab harga satu galon bensin lebih murah dibandingkan dengan sebotol air karena mendapatkan subsidi yang besar dari pemerintah. Harga minyak yang sangat murah memicu konsumsi dari masyarakat secara besar-besaran.
Pemerintah Arab Saudi tidak berani untuk mencabut pengeluaran subsidi energinya karena khawatir dapat menyebabkan pemberontakan politik.
3. Rusia dan India
Dua negara ini memberi dana subsidi BBM kepada masyarakatnya sekitar USD 40 miliar atau Rp 388,8 triliun. Sekitar 60 persen gas alam yang dihasilkan Rusia dijual dengan harga murah karena disubsidi pemerintah. Konsumen utamanya para pebisnis Rusia, swasta, dan sistem pemanas yang tidak efisien.
Sementara di India seperempat dari 1,2 miliar penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Namun subsidi bahan bakar minyak yang tinggi ini tidak dinikmati warga miskin malah cenderung dinikmati orang kaya.
Akibat besarnya subsidi India membuat negara ini mencatatkan defisit yang mengancam pertumbuhan ekonominya. Pemerintah India menargetkan defisit anggaran 5,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun fiskal 2012-2013 dengan menjaga subsidi BBM di angka kurang dari 2 persen PDB.
4. Venezuela
Earth Policy Institute mencatat Venezuela memberikan dana subsidi BBM sekitar USD 25 miliar atau Rp 243 triliun. Murahnya harga BBM ini menjadi salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah Venezuela mengklaim pemberian subsidi tersebut dibarengi dengan upaya pembangunan budaya masyarakat dan semangat untuk menghemat serta melestarikan sumber daya alam yang tak terbaharukan.
Venezuela menyadari pengguna terboros energi di negaranya adalah instansi pemerintahan. Oleh karenanya dengan adanya aturan tersebut diharapkan pemborosan dapat dikurangi dan budaya penghematan energi dapat tercipta.
Venezuela kini sedang mempersiapkan dan berupaya mengarah pada penciptaan tenaga listrik yang bersumber dari angin.
5. Mesir
Mesir, menurut Earth Policy Institute, memberikan subsidi BBM pada masyarakatnya sekitar USD 23 miliar atau Rp 223,6 triliun.? Harga bensin di Mesir termasuk terendah di dunia.
Meski pun Mesir merupakan negara penghasil minyak dalam jumlah besar, negara ini mengonsumsi 90 persen bahan bakar untuk kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah Mesir ke depan akan mengetatkan anggaran subsidi energi ini demi mendapat pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pemulihan ekonominya.
6. Irak
Earth Policy Institute mencatat anggaran subsidi kedua negara tersebut berada di kisaran USD 22 miliar atau Rp 213 triliun. Pemerintah Irak memutuskan untuk memangkas besaran subsidi ini dikarenakan implementasi pemberian subsidi tidak tepat sasaran.
Sama seperti di Indonesia, subsidi di Irak juga banyak dinikmati oleh kelompok mampu dan banyak timbul penyeludupan akibat murahnya harga BBM.
Salah satu negara penghasil minyak tertua di dunia ini merasa subsidi BBM justru dinikmati pada orang mampu yang memiliki kendaraan pribadi. Masyarakat kecil justru tidak memilikinya.
7. Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab (UEA) menganggarkan dana subsidi bagi rakyatnya sekitar USD 21 miliar atau Rp 204,1 triliun.
UEA merupakan negara kedua penghasil minyak dan gas alam di dunia. Namun, permintaan domestik mengharuskan negara mengimpor gas alam untuk kebutuhan dalam negeri dan mengurangi volume bahan bakar cair yang tersedia untuk ekspor.
Sebagai salah satu negara pemasok minyak terbesar minyak di dunia, harga BBM di UEA hanya Rp 4.300 per liter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar