Senin, 08 April 2013

MNC vs Trans Corp: Raja Media Berebut Bisnis Properti Resor


MNC Group baru saja memproklamasikan investasi barunya untuk masuk ke proyek Mandalika Resort, resor terpadu berupa hotel, vila, dan golf course di Kawasan Pariwisata di Lombok Tengah dengan nilai investasi mencapai Rp600 miliar.

Sejatinya proyek ini bukan proyek pribadi MNC Group, tapi bekerjasama dengan PT Gobel International untuk menggarap proyek properti resor seluas 164 hektare dari kawasan seluas 1.175 hektar yang dikelola PT Bali Tourism Development Corporation (BTDC) sebagai pemegang hak pengelolaan investasi di kawasan Mandalika.

Investasi wisata resor dan properti ini tidak main-main karena melibatkan manajemen wisata resor internasional, Club Med yang memiliki jaringan pelanggan sekitar 1,2 juta wisatawan yang tersebar di seluruh dunia.

Untuk jangka panjang, holding bisnis milik Hary Tanoesoedibjo, yang dikenal sebagai raja media yang kini tengah naik daun di pentas nasional ini, bahkan menyiapkan sirkuit untuk ajang balapan Formula One di objek wisata tersebut. Jadi dapat dibayangkan betapa besarnya ambisi MNC Group untuk masuk dalam proyek properti resor di dekat Bali tersebut.

Proyek kolaborasi Hary Tanoe dengan Rahmat Gobel itu akan dibackup penuh oleh Gobel International dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan yang sudah pasti mengadalkan kecanggihan teknologi Jepang- dalam pengembangan investasinya, berupa pengolahan air (water treatment), pengelolaan air limbah, solar system dan kegiatan ramah lingkungan lainnya.

Komisaris Utama PT MNC Land Tbk Budi Rustanto menargetkan setelah rancang desain diselesaikan 6-12 bulan ke depan, maka pembangunan konstruksi hotel dan villa itu akan dimulai kwartal II/2014.

MNC Group memang tengah memekarkan ladang bisnisnya di bidang properti hospitality bersama dengan investasi jalan tol yang lebih dulu dirambahnya. Ini bisa dilihat dari sepak terjangnya yang mulai agresif mencari proyek resor dan hiburan. Selain Mandalika Resort, perusahaan milik Hary tanoe ini juga segera membangun theme park yang terintegrasi dengan hotel dan resor di atas lahan seluas 1.000 hektar di kawasan Lido, Sukabumi, Jawa Barat dengan investasi sekitar Rp6 triliun.

Dia akan melanjutkan rencana Bakrie Group untuk membangun Disneyland di Lido, setelah konsesi proyek itu dia akuisisi dari PT Bakrieland Development Tbk, bahkan MNC ingin membangun theme park yang melebihi daripada konsep Disneyland dan Universal Studio yang akan dibangun di kawasan sejuk di kaki Gunung Salak tersebut.

Hary Tanoe Saingi Chairul Tanjung


Agresifnya Hary Tanoe masuk ke proyek wisata resor dan properti hospitality sejalan dengan bisnis yang sudah digarap lebih dulu oleh Trans Corp-nya Chairul Tanjung. Chairul bahkan sudah mengoperasikan proyek Trans Studio, berupa wahana permainan keluarga dan pusat hiburan perkotaan di Makassar dan Bandung. Dua proyek properti hiburan milik pengusaha yang dikenal dekat dengan Salim Group itu sudah menghebohkan dunia wisata hiburan keluarga pada awal didirikannya.

Trans Studio ini bahkan akan dibuat lebih besar di pinggiran Jakarta dengan luas mencapai 40 hektar sehingga menjadi pusat hiburan keluarga terbesar di Indonesia nantinya.

Trans Corp tengah memetamorfosa diri menjadi emperium bisnis hiburan dan media yang mulai agresif mengembangkan properti dan perhotelan. Trans Corp agaknya menjadi rumah untuk mewujudkan mimpi CT, begitu Chairul populer dipanggil, dalam mengembangkan investasi properti. Karena itu, Trans Corp agaknya juga menjadi kapal untuk mewujudkan proyek reklamasi raksasa yang sudah mulai dijalankan CT di Batam, yang nantinya bakal menjadi kawasan marina resort hebat menandingi proyek serupa di Singapura.

Visi bisnis CT ini agaknya serupa dengan Hary Tanoe, bahkan boleh jadi Hary Tanoe mengikuti langkah bisnis yang sudah dijalankan Chairul Tanjung dari sekedar raja media membesar menjadi raja bisnis hiburan dan media yang masuk ke bisnis properti resor.

Keduanya memiliki potensi untuk tumbuh menjadi entitas bisnis besar di bidang properti hospitality dan resor karena memiliki basis bisnis dan modal keuangan yang menunjang ambisi mereka. Mengawinkan bisnis media- Hary Tanoe dengan RCTI, MNC TV, Global TV-nya dan CT dengan Trans TV serta Trans7-nya- dengan bisnis properti resor dan hiburan merupakan langkah strategis yang saling mendukung dalam menciptakan pasar.

Kombinasi bisnis itu bisa menciptakan recurring income besar bagi keduanya dengan kejelian mencari proyek-proyek potensial di sejumlah lokasi di tanah air. Ini sudah mulai dinikmati oleh Trans Corp melalui Trans Studio di Makassar dan Bandung.

Agaknya, Hary Tanoe juga segera ingin meraih peluang serupa dengan proyek properti resornya di Mandalika dan Lido yang kini tengah digarapnya bersama mitra investornya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar