Rabu, 10 April 2013

Pertama Kali Makan Nasi, Eks Tentara Korut Menangis


Kondisi yang mengenaskan di Korea Utara membuat banyak rakyatnya pilih membelot, kabur ke luar negeri. Mereka mengaku hidup susah di Korut, kelaparan dan terkekang kebebasannya.

Salah satu pembelot adalah Kim, 42, bekas letnan satu angkatan bersenjata Korut yang lari ke China pada 2011. Dia hengkang setelah membunuh komandannya yang hendak menangkap Kim dan tentara lainnya yang membangkang pada pemimpin baru Kim Jong-un.

Menurut Kim, saat itu militer Korut terpecah belah, antara pendukung Kim Jong-un dan Presiden Kim Yong-nam, usai kematian Kim Jong-il. Para penentang Kim Jong-un di kemiliteran diberangus, beberapa ditangkap.

"Saya membunuh komandan. Dia adalah ketua faksi yang mendukung Kim Jong-un. Ada dua perkelahian, pada perkelahian pertama mereka mengepung kami. Kami lari dan mengumpulkan dukungan. Saya tembak dia, setelah itu saya kabur," kata Kim.

Kim berasal dari wilayah Uiju, dekat perbatasan kota Dandong di China. Selama dua tahun, dia bersembunyi di negara itu sembari mencari kesempatan untuk kabur ke Korea Selatan.

Dia mengaku sangat gembira keluar dari Korut. Menurut dia, kelaparan dan kesulitan rakyat telah mewabah di negara itu. Dia bahkan mengaku gembira luar biasa saat pertama kali memakan nasi.

"Saya dengar Korea Selatan adalah negara demokrasi dan kehidupan mereka bagus di sana. Mereka juga punya makanan yang cukup. Saya belum pernah makan nasi, ketika mencium wangi nasi dimasak di China, saya menangis," kata Kim.

"Situasinya sangat buruk. Orang-orang kelaparan. Ada beberapa orang kaya, politisi kaya, yang punya banyak uang, tapi banyak rakyat yang tidak punya apa-apa. Ayah dan ibu saya mati kelaparan dan kakak saya mati karena sakit," kenang Kim lagi.

Kim, seperti para pembelot lainnya di China, dibantu oleh seorang agen. Agen yang tidak disebutkan namanya ini mengaku menyelundupkan 60-80 orang ke China tahun lalu, saat terjadi kerusuhan di Manpo, kota perbatasan.

"Hanya tiga dari 10 pembelot yang berhasil kabur, sisanya ditahan atau ditembak," kata agen yang namanya dirahasiakan ini.

Kelaparan di Korut kebanyakan disebabkan oleh sistem pembagian jatah makanan yang tidak adil. Diperkirakan, sebanyak 800 ribu hingga 1,5 juta orang meninggal di Korut antara 1994-1998.

Banyak cerita yang berkembang di Korut terkait wabah kelaparan. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa saking laparnya, mereka akhirnya memakan sesama alias kanibalisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar