Rabu, 10 April 2013

Korban pemerkosaan di Afganistan dipenjara bersama bayinya


Mariam kini sudah tiga bulan ditahan di penjara perempuan Badam Bagh di Ibu Kota Kabul, Afganistan. Dia dikurung lantaran menembak seorang pria yang memperkosanya kemudian menembak dirinya sendiri.

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Rabu (10/4), di penjara perempuan itu kini ada 202 tahanan perempuan beserta 62 anak mereka.

Mariam kabur ke Ibu Kota Kabul dari rumahnya di provinsi Kunduz. Dia sudah tidak tahan lagi karena kerap dipukuli suaminya.

Sampai di kota asing sendirian, dia kemudian menghubungi sepupu suaminya yang tinggal di kota itu. Sepupunya beralasan terlalu sibuk untuk menjemputnya sehingga di menyuruh teman laki-lakinya untuk menjemput Mariam. Temannya itu kemudian membawa Mariam ke sebuah rumah lalu memperkosanya. Mariam kemudian menembak lelaki itu setelah diperkosa. Dia kemudian menembak kepalanya sendiri. Setelah tiga hari dia terbangun sudah di sebuah rumah sakit.

Polisi kemudian membawa Mariam ke penjara Badam Bagh.

Selain Mariam, ada Nuria. Dia kini menyisakan delapan bulan lagi masa tahanannya. Dia ditahan lantaran meminta cerai dari suaminya. Nuria melahirkan di penjara itu dan dia berada di sel bersama anaknya. Dia menolak dipaksa menikah dengan seorang pria yang bukan pilihannya.

"Saya ingin minta cerai dari suami tapi dia tidak mau melepaskan saya. Saya tak ingin menikahinya. Saya mencintai laki-laki lain tapi ayah menjodohkan saya. Dia mengancam akan membunuh saya jika saya tidak mau," kata Nuria.

Di Afganistan sejumlah perempuan harus menjalani kurungan hingga tujuh tahun penjara lantaran meninggalkan suami mereka.

Satu sel penjara di Badam Bagh diisi enam tahanan. Di sana mereka diajarkan kemampuan dasar untuk bertahan hidup di tengah masyarakat seperti membaca, menjahit, dan menyulam.

Tak hanya Miriam dan Nuria, Adia, 27 tahun, harus menjalani kurungan tujuh tahun dan kini dia tengah hamil tujuh bulan. Dia akan melahirkan di dalam penjara itu.

Pegiat pembela hak-hak asasi perempuan Haider, Zubaida Akbar, mengatakan kondisi perempuan di Afganistan kini belum banyak berubah. Mereka masih sering mengalami penindasan. "Jika kita mencermati masalah ini lebih dalam, sesungguhnya belum banyak perubahan mendasar terjadi. Mengubah semua ini cukup sulit, bahkan sangat sulit," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar