Lembaga riset Frost & Sullivan melansir data tarif telepon di Indonesia. Rupanya, rata-rata biaya bercakap-cakap di Tanah Air yang dulu dipandang relatif mahal, kini menjadi yang paling murah di dunia.
Analis Frost & Sullivan Nitin Bhat menyatakan, tarif telepon di Indonesia sama dengan India. Kedua negara ini menjadi surga bagi para pengguna telepon.
"Indonesia dan India merupakan negara dengan tarif telepon termurah di dunia, hanya sekitar USD 1 sen per menit," ujarnya di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (6/2).
Negara tetangga menerapkan tarif lebih mahal. Malaysia sebagai contoh, biaya teleponnya USD 15 sen per menit, sementara Singapura USD 10 sen per menit. Selandia Baru bahkan menjadi negara tetangga yang biaya meneleponnya relatif mahal, mencapai USD 25 sen per menit.
Yang membuat tarif telepon di Indonesia menjadi murah adalah makin banyaknya perusahaan yang fokus menggarap bisnis telepon seluler. Alhasil, sempat terjadi perang harga dua tahun lalu, dan baru mereda tahun lalu.
Dengan kondisi itu, Bhat menyarankan agar operator telekomunikasi tidak terlalu fokus mencari pendapatan dari aktivitas menelepon (on voice revenue). Potensi operator mengeruk laba berada di sektor akses data melalui jaringan pita lebar (broadband).
"On voice for revenue tidak bisa lagi terlalu diandalkan operator, meski demikian, tetap penting untuk menjaga pendapatan dari telepon," cetusnya.
Tahun lalu, pendapatan dari aktivitas menelepon mencapai 61,8 persen dari mayoritas pendapatan operator. Sementara porsi pendapatan non-telepon 38,2 persen tahun ini, atau sekitar Rp 135 triliun.
Dengan tren aktivitas non-telepon yang terus meningkat, Bhat yakin operator besar seperti Telkomsel, XL, dan Indosat akan semakin memperkuat pendapatan dari data mobile.
"Dengan asumsi itu, pendapatan non-voice bisa mencapai 40,7 persen dari total pemasukan seluruh operator di Indonesia tiga tahun mendatang," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar