Kamis, 30 Mei 2013

4 Pengusaha dermawan Indonesia versi Forbes

Majalah bisnis terkemuka, Forbes, melansir daftar orang kaya yang dermawan di kawasan Asia. Ada 48 orang kaya yang masuk jajaran 48 Heroes of Philanthropy.

Mereka dianggap dermawan atau baik hati lantaran kerap membuat program-program kemanusiaan dengan dana yang besar dari perusahaan. Pengusaha yang dicap dermawan oleh Forbes, tergolong cukup rajin membantu masyarakat miskin dengan pelbagai program yang inovatif.

Dari 48 orang yang masuk jajaran pengusaha dermawan se-Asia, ada empat orang pengusaha Indonesia di dalamnya. Di dalam negeri, kita memang sering melihat pelbagai aksi kemanusiaan yang dilakukan pengusaha. Namun, tidak semua pengusaha di Indonesia yang kerap melakukan aksi kemanusiaan, masuk jajaran orang dermawan versi Forbes.

Forbes punya penilaian khusus. Salah satu yang masuk jajaran pengusaha dermawan adalah mantan Wakil Presiden yang kini menjabat sebagai ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla . Siapa saja pengusaha dermawan dari Indonesia versi Forbes? Berikut empat orang tersebut.

1. Anne Avantie (perancang busana)


Anne Avantie menjadi penyokong dana untuk Wisma Kasih Bunda. Wisma Kasih Bunda ialah sebuah rumah di Semarang untuk anak-anak dengan hidrosefalus dan gangguan lainnya.Â

Anne telah membantu lebih dari 800 anak sejak dia pertama kali mendirikan fasilitas tersebut pada 2002. Dia juga membantu membayar biaya medis hingga USD 2.000 atau setara Rp 19,6 juta per anak.

Sebagai social entrepreneur dia juga membiayai pelatihan dan lokakarya untuk penjahit, mahasiswa dan ibu rumah tangga. Wanita berumur 49 tahun ini turut membuka Pendopo, sebuah toko yang menjual pakaian hasil para penjahit lokal.

2. Muhammad Jusuf Kalla (pemilik Kalla Grup)


Salah satu mantan Wakil Presiden Indonesia ini telah bersumpah untuk meningkatkan kinerja bank darah nasional dalam upaya meningkatkan pasokan kepada pasien rumah sakit dan korban bencana.?

Kalla Foundation, yayasan sosial yang telah berdiri selama 29 tahun bentukannya ini, telah menyumbang USD 1,3 juta atau setara Rp 12,7 miliar tahun lalu. Dana tersebut diperuntukkan membangun sekolah khusus anak-anak miskin di Bone, Sulawesi Selatan dan menanam 10.000 pohon di sepanjang hamparan pantai Sulawesi Selatan.?

Yayasan ini didanai melalui melalui perusahaan swasta yakni Kalla Grup yang bergerak di bidang usaha otomotif dan properti. Jusuf Kalla juga memutuskan memberi 20 persen keuntungan dari proyek pembangkit listrik tenaga air di Sulawesi Tengah milik Kalla Grup untuk yayasan.

3. Tahir (pemilik Mayapada Grup)


Pendiri Mayapada Grup ini terkenal menjadi salah satu pendonor pada mahasiswa dan perguruan tinggi. Yayasan miliknya, Yayasan Tahir, pada April lalu berjanji akan menyumbang dana mencapai USD 25 juta atau sekitar Rp 245 miliar untuk satu tujuan ambisius yakni memberantas penyakit polio di Indonesia pada 2018.

Angka tersebut sama besarannya dengan yang akan dikeluarkan Yayasan Bill dan Melinda Gates dalam mendorong vaksinasi dan kampanye pendidikan. Sumbangan tersebut merupakan bagian dari total kebutuhan dana sebesar USD 200 juta untuk lebih dari 5 tahun dalam mendukung kesehatan masyarakat dalam memberantas penyakit menular seperti TBC, malaria dan HIV.

Setiap yayasan ini akan menyumbang dana mencapai USD 100 juta.

4. Irwan Hidayat (pemilik Sido Muncul Grup)


Pemilik Grup Sido Muncul ini rata-rata menghabiskan USD 280.000 atau setara Rp 2,7 miliar setiap tahun untuk mengadakan program Mudik Gratis. Program ini diperuntukkan pada pekerja berpenghasilan rendah di wilayah Jakarta selama liburan Islam Idul Fitri.

Dimulai sejak 22 tahun yang lalu, program ini telah memberikan mudik gratis pada sekitar total 190.000 orang. Saat ini, mudik gratis telah menyewa sekitar 300 bus per tahun.

Sejak 2010 dia juga menghabiskan USD 2,5 juta atau Rp 122,5 miliar per tahun untuk operasi mata gratis bagi 12.000 orang penderita katarak. Program ini bekerjasama dengan 97 rumah sakit swasta dan 100 rumah sakit militer di seluruh negeri.

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki penderita penyakit katarak tertinggi di Asia Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar